Kamis, 01 Maret 2012

Belum ke Jakarta Kalau Belum ke Sini


Selamat Datang
Add caption
Berjalan kaki kami menuju ke Bunderan HI, ingin sekali melihat air mancur yang katanya bagus disaat malam hari dan menikmati kerlap kerlip lampu serta mengamati kendaraan yang berlalu lalang.
Jika kita menanyakan kepada orang-orang tua tentang kemegahan monumen tersebut pastilah mereka dengan bangga menceritakan kisah berdirinya Monumen Patung selamat Datang tersebut.
Patung atau Tugu Selamat Datang di depan Hotel Indonesia ini dibuat dalam rangka persiapan penyelenggaraan ASIAN GAMES ke IV di Jakarta pada tahun 1962. Tujuan pembangunan patung ini adalah untuk menyambut tamu-tamu yang tiba di Jakarta dalam rangka pesta olah raga tersebut. Patung tersebut menggambarkan dua orang pemuda pemudi yang membawa bunga sebagai penyambutan tamu.
Hotel Indonesia pada waktu itu merupakan pintu gerbang masuk ibukota Jakarta dan juga merupakan pintu gerbang rangkaian kegiatan pertandingan yang diselenggarakan di Istora Senayan. Pada masa itu semua tamu asing yang datang di Jakarta masuk melalui bandara Internasional Kemayoran dan langsung menuju ke hotel Indonesia yang menjadi tempat penginapan bagi mereka, sehingga sebelum mereka memasuki hotel maka mereka akan mendapatkan patung Selamat Datang ini di depannya.
Ide pembuatan patung ini berasal dari Presiden Soekarno dan design awalnya dikerjakan oleh Henk Ngantung yang pada saat itu merupakan wakil Gubernur DKI Jakarta. Patung terbuat dari perunggu. Tinggi patung dari kepala sampai kaki 5 meter. Sedangkan tinggi seluruhnya dari kaki hingga tangan yang melambai adalah 7 meter. Sementara tinggi voetstuk atau kaki patung adalah 10 meter dikerjakan oleh PN. Pembangunan Perumahan. Pelaksana pembuatan patung adalah team pematung Keluarga Arca pimpinan Edhi Sunarso di Karangwuni. Pada saat pembuatan presiden Soekarno didampingi Duta Besar Amerika pada saat itu Mr. Jones beserta para menteri sempat berkunjung ke sanggar Edhi Sunarso. Pembuatan patung ini memakan waktu sekitar satu tahun. Diresmikan oleh Bung Karno pada tahun 1962.
Fungsi Bundaran HI sebagai titik jantung ibukota telah berubah fungsi sebagai tempat terbaik untuk kaum demonstran Menyuarakan "suara hati nurani rakyat" , meskipun telah diketahui bahwa tidak ada satupun gedung Pemerintahan sebagai sasaran dari aksi demonstrasi itu berada disekeliling area tersebut, bagaimana pemerintah bisa dan mau mendengar isi orasi-orasi yang disuarakan? Malah akibatnya setiap ada kegiatan di area monumen tersebut menyebabkan kemacetan yang padat dengan hiruk pikuk suara mesin dan klakson pengendara kendaraan bermotor bersaing dengan suara pengeras suara sang orator aksi demo. Hilanglah keindahan dan kemegahan monumen bundaran HI untuk sementara waktu dan agak teraniaya maksud tujuan dari revosai Bundaran HI.
Menikmati malam dan duduk bersila di dekat air mancur kemudian melihat pemandangan sekitar bahkan kami bernarsis ria berfoto untuk menjadi kenangan dikemudian hari bahwasana kami pernah singgah untuk mampir di simbol kota Jakarta ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar